Cerpen Horor Misteri Hantu Gadis Kecil Penjaga Villa Hutan Pinus

.com - Cerpen Misteri perihal Hantu Hutan Pinus. Cerita pendek berikut ini hanyalah sebuah kisah fiksi yang ditulis untuk hiburan semata khususnya untuk pembaca yang senang dengan dongeng horor. Kisah ini berlatar di sebuah hutan pinus yang belakangan dijadikan sebagai sarana rekreasi dan mulai ramai dikunjungi oleh wisatawan. Menceritakan perihal pengalaman seorang gadis yang senang menghabiskan liburan di hutan pinus dan berujung pada misteri hantu penjaga villa. Nama dan kejadian dalam kisah ini yaitu karangan semata dan jikalau ada kesamaan sanggup jadi sebuah kebetulan saja. Selamat membaca!!

Belakangan ini Runi merasa ada yang gila dengan kehidupannya. Dimulai dari perkara kesurupan yang terjadi di kelasnya sampai yang terakhir sahabat dekatnya, Dian, hilang secara misterius dikala mereka sedang berada di dalam lift sebuah mall. Yang menciptakan Runi sangat shock ternyata tidak ada rekaman cctv yang menerangkan bahwa ia berjalan dengan temannya ke lift.

Tentu saja Runi begitu yakin bahwa ia bersama temannya masuk ke dalam lift dan tiba-tiba saja temannya menghilang dikala pintu lift terbuka. Runi segera menghubungi pihak keamanan dan mereka pun menyelidiki rekaman cctv. Namun dalam rekaman tersebut, Runi hanya berjalan seorang diri sambil terlihat berbicara seakan-akan ada seseorang bersamanya.

Runi tidak peduli jikalau pada akibatnya ia dianggap hanya menciptakan sensasi. Bagaimanapun ia juga tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Saat Runi menyelidiki handphonenya, barulah Runi tahu bahwa sahabat yang ia cari masih menunggunya di depan toilet.

Runi menceritakan apa yang ia alami kepada Dian dan tentu saja gadis itu tidak percaya. Meski begitu, Dian juga mengutarakan rasa herannya lantaran tidak menyadari Runi telah keluar dari toilet. Dian kemudian berkesimpulan bahwa ia mungkin tidak melihat dikala sedang asik membuka sosmed.

Runi mencoba mengingat kembali apa yang ia alami. Ia pun seolah kembali terlempar ke waktu dikala seorang sahabat di kelasnya mengalami kesurupan. Saat itu, gadis yang kesurupan itu menatap wajah Runi dan menyampaikan sesuatu sambil tertawa. Sayangya, tidak ada yang mendengar dengan terang apa yang dikatakan gaids itu. Meski begitu, Runi yakin bahwa ia melihat sosok lain dalam diri gadis tersebut.

Tak mau dipunsingkan dengan pengalaman gila yang ia alami, Runi akibatnya memutuskan untuk ikut serta dengan teman-temannya berlibur ke hutan pinus yang terletak 40 km dari kampusnya. Setibanya di sana, semua orang terlihat bergembira menikmati keindahan yang disuguhkan hutan tersebut.

Tapi tidak begitu dengan Runi. Ia yang biasanya paling senang justru hanya membisu dan mengamati sekelilingnya dengan seksama. Sesekali mencoba tersenyum namun menyerupai ada sesuatu yang mengganggu fikirannya. Runi akibatnya memutuskan untuk mencari ketenangannya sendiri.

Runi menyusuri jalan setapak yang berbeda arah dari kabanyakn temannya. Sepertinya tak seorang pun sadar bahwa Runi bergerak memisahkan diri. Sementara Runi, ia terus bergerak melewati jalanan tersebut seolah ada sesuatu yang menuntunnya ke sana. Sesuatu yang seolah berbisik di telinganya.

Runi tiba di depan sebuah villa kecil yang terletak di tengah-tengah hutan pinus. Bangunan tersebut terlihat kosong dan tidak terawat. Terdapat lumut di sebagian dindingnya dan sebagian besar dindingnya tidak lagi berwarna.

Untuk sesaat Runi berfikir bahwa mungkin bangunan itu yaitu sebuah rumah kosong yang sudah usang ditinggalkan pemiliknya. Ia pun lantas memutuskan untuk pergi kembali ke rombongannya. Akan tetapi langkahnya terhenti dikala ia mendengar bunyi tawa dari dalam bangunan itu.

Seiring dengan bunyi tawa anak kecil yang semakin jelas, hembusan angin pun menyapu seluruh halaman terbuka dari salah satu arah sehingga menerbangkan dedaunan yang menutupi daerah tersebut. Runi mencoba menutup rambutnya dan berlari ke arah bangunan tersebut.

Dengan sedikit perasaan takut, Runi mencoba memasukkan kepalanya dari salah satu jendela yang terbuka untuk mengamati isi bangunan tersebut. Mata Runi terbelalak dikala mendapati pecahan dalam bangunan itu masih begitu terawat. Ruangan yang ia amati terlihat higienis dan dari penampakannya niscaya selalu dibersihkan setiap hari.

Runi menarik kepalanya kembali dan terkejut dikala mendapati seorang gadis kecil di sebelahnya. Gadis itu tersenyum menyadari keterkejutan Runi. Runi lantas mencoba untuk membalas senyumnya dan meminta maaf dikarenakan telah mengintip ke dalam bangunan itu.

Gadis kecil itu pun hanya tersenyum dan kemudian menarik tangan Runi. Runi hanya berdasarkan dan mengikuti kemana gadis kecil itu membawanya. Saat gadis itu membuka pintu, Runi pun menghentikan langkahnya.

"Apa kamu tinggal di sini?", tanyanya.

"Ya. Aku menjaganya", jawab gadis itu bersemangat.

"Menjaganya? Kau bersama Ayahmu?"

"Tidak. Aku menjaganya sendiri"

"Sendiri? Di tengah hutan?", Runi mulai heran.

"Ayahku bekerja tak jauh dari sini. Tidak ada yang mengurus villa ini jadi Ia memintaku menjaganya."

"Kau juga tidur di sini?"

"Ya!"

"Sendiri?"

Gadis itu mengangguk. Untuk beberapa dikala Runi sanggup menangkap ekspresi murung di wajahnya. Runi lantas menanyakan nama gadis kecil itu. Ia berjulukan Pinus dan berusia enam tahun. Sang Ayah menamainya Pinus lantaran ia lahir di tengah hutan pinus dan sang Ayah sangat suka hutan pinus.

Selanjutnya perbincangan demi perbincangan pun terjadi. Runi yang awalnya merasa takut mulai merasa nyaman. Ia bahkan telah melihat hampir seluruh ruangan yang ada di dalam villa tersebut. Semuanya masih terlihat higienis dan terawat tidak menyerupai pecahan luarnya. Hal itu menciptakan Runi takjub. Ia berfikir bagaimana gadis berusia enam tahun melakukannya.

"Pinus, apa kamu tidak takut?", tanya Runi sesudah sempat berhenti bicara beberapa lama.

"Tidak. Kamilah yang ditakuti".

Mendengar tanggapan itu, Runi mencoba tersenyum lantaran ia fikir gadis itu niscaya hanya bercanda.
"Kakak serius sayang"

"Aku juga serius. Orang-orang menjauhi kami, Itu sebabnya tidak ada yang mau berkunjung kemari. Padahal Ayah menyewakan beberapa kamar untuk menginap".

"Memangnya kenapa?", tanya Runi penasaran.

"Orang desa menyebut Ayah sebagai orang jahat. Mereka bilang Ayah pembunuh. Mereka tidak mengizinkan kami bergabung jadi Ayah dan saya tinggal di sini".

"Jadi Ayahmu akan pulang dikala malam?".

"Tidak lagi. Dia tidak pernah pulang".

"Kenapa?"

Gadis kecil itu hanya menggeleng. Meski tidak tahu niscaya apa yang terjadi, Runi akibatnya mencoba memeluk gadis itu dan memberinya semangat. Runi juga memperlihatkan gadis itu untuk ikut bersamanya lantaran ia merasa sangat kasihan.

"Hari sudah mulai gelap. Sebaiknya menginap di sini", ucap Pinus.

"Tapi abang harus menemui rombongan kakak, mereka niscaya khawatir". Runi mencoba menyelidiki kembali handphonenya berharap akan ada jaringan untuk memberi kabar kepada teman-temannya. Namun tampaknya tidak ada gejala sinyal.

"Kita akan menemui mereka besok pagi" ucap Pinus.

Runi yang masih sibuk dengan handphonenya tiba-tiba menjadi heran lantaran bunyi Runi terdengar semakin jauh tapi ia tidak mendengar bunyi langkah kaki sama sekali. Saat Runi membalikkan badan, gadis kecil itu sudah tidak lagi ada di belakangnya dan pintu tertutup dengan keras.

Hal itu terang menciptakan Runi panik lantaran ruangan daerah ia berdiri menjadi gelap secara tiba-tiba. Ia mencoba melihat keluar dari jendela namun di luar terlihat sama gelapnya. Ia mencicipi udara di ruangan itu begitu pengap dan aromanya berkembang menjadi basi dalam seketika.

Runi mencoba berkali-kali memanggil Pinus sambil berusaha membuka pintu. Namun usahanya sia-sia dan tidak ada yang tiba menghampirinya. Runi akibatnya menangis lantaran ketakutan dan terduduk sempurna di belakang pintu sambil mengeluarkan handphone yang ternyata sudah mati kehabisan baterai.

Runi tidak tahu harus bagaimana lantaran ruangan itu sangat gelap dan ia bahkan harus berjuang untuk bernafas dengan udara yang begitu busuk. Di sela-sela tangisannya, Runi akibatnya mendengar bunyi lain yang tiba tak jauh dari tempatnya.

Runi bengong untuk memastikan apa yang ia dengar. Ia pun akibatnya sadar bahwa bunyi itu yaitu bunyi tangisan Pinus. Suaranya tidak jauh dan menyerupai berasal dari dalam ruangan itu. Runi lantas mencoba meraba-raba dan merangkak mendekati sumber bunyi itu.

"Pinus? Kamu dimana?", tanya Runi dengan bunyi yang gemetaran.

Tidak ada tanggapan lantaran gadis kecil itu masih terus menangis. Runi akibatnya berhasil menemukan Pinus sesudah ada sebuah sumber cahaya yang menerobos ke dalam ruangan itu dari luar jendela. Runi tidak tahu niscaya darimana asal cahaya itu tapi ia segera bergerak mendekati Pinus dan memeluknya.

Gadis kecil itu terlihat ketakutan. Ia memeluk kedua lututnya dengan wajah tertunduk. Untuk beberapa dikala Runi menarik nafas dalam-dalam lantaran udara di ruangan itu tiba-tiba menjadi lebih segar. Tapi ia kembali panik lantaran mendengar bunyi jendela digedor dari luar.

Seiring dengan bunyi gedoran tersebut, Runi juga mendengar bunyi seorang laki-laki remaja yang berteriak memanggil nama Pinus. Dari nada suaranya, Runi mengerti bahwa laki-laki itu sedang murka dan ingin menyakiti Pinus.

Runi melihat cahaya bergerak dari satu jendela ke jendala lain dan cahaya itu akibatnya berhenti di salah satu jendela yang berada sempurna di depan mereka. Dari posisinya duduk, Runi sanggup melihat sosok laki-laki berbadan besar memegang senter berukuran besar mengamati ke dalam ruangan.

 Cerpen Misteri perihal Hantu Hutan Pinus Cerpen Horor Misteri Hantu Gadis Kecil Penjaga Villa Hutan Pinus

Sadar bahwa Pinus dalam bahaya, Runi lantas berusaha menarik Pinus untuk bersembunyi. Namun gadis itu sama sekali tidak mau bergerak dan tetap menangis tertunduk sambil memeluk kedua kakinya. Saat cahaya senter jatuh sempurna ke arah Pinus, Runi telah bersembunyi di bawah meja sempurna di sebelah Pinus.

Pria itu akibatnya tertawa sesudah menemukan Pinus. Ia menyampaikan banyak hal dalam bahasa yang tidak diketahui oleh Runi. Namun dari cara bicaranya, Runi mengerti bahwa laki-laki itu berniat menyakiti Pinus. Sambil etrus mmeperhatikan gerak-gerik laki-laki itu, Runi kembali mencoba menyuruh Pinus untuk bersembunyi.

Runi nyaris berteriak dikala laki-laki tersebut melemparkan sebuah kerikil besar untuk menghancurkan beling jendela dan kemudian sebuah jeritan justru keluar dari verbal Pinus. Gadi kecil itu terlihat begitu ketakutan namun seolah tidak mempunyai cara lain untuk menghindar.

Ketika laki-laki berbadan besar itu berhasil masuk ke dalam dan berdiri sempurna di depan Pinus, terlihat pinus mengangkat wajahnya dan memohon kepada laki-laki tersebut. Runi terkejut dikala Pinus memanggil laki-laki tersebut dengan sebutan Ayah. Ia juga semakin terkejut dikala melihat sang Ayah membawa kapak di tangan kirinya.

Runi mencoba untuk tidak bersuara lantaran takut laki-laki itu akan melihatnya. Ia sanggup mendengar dengan terang detak jantungnya yang bergitu cepat. Dalam posisi tersebut, Runi sangat resah apa yang harus ia lakukan. Ia tidak yakin sanggup membantu Pinus melawan laki-laki kejam itu.

Jeritan Runi akibatnya terpecah dikala melihat laki-laki itu dengan tanpa belas kasihan membantai putrinya sendiri. Ia bahkan tidak lagi mendengar jeritan kesakitan dari Pinus. Jeritan Runi akibatnya membongkar persembunyianya. Saat Ia lihat laki-laki itu menatap ke arahnya dengan tatapan sinis, dikala itulah Runi kehilangan kesadarannya.

Runi akibatnya terbangun sesudah entah berapa usang ia jatuh pingsan. Ia menemukannya dirinya masih terduduk di bawah meja daerah terakhir ia bersembunyi. Ruangan daerah ia bersembunyi sudah gelap kembali dan begitu pengap.

Untuk beberapa dikala Runi merasa bersyukur lantaran ternyata laki-laki itu tidak menyakitinya. Namun mengingat pembantaian yang ia saksikan menciptakan Runi tak kuasa menahan tangis. Runi mencoba keluar dari kolong meja dan semakin ketakutan dikala tangannya menyentuh cairan kental yang ia yakini yaitu darah.

Runi akibatnya memberanikan diri untuk keluar dan mencari pertolongan. Ia keluar lewat jendela yang sama menyerupai pembunuh itu dan segera berlari untuk menyusuri hutan yang gelap. Runi akibatnya sanggup berjalan dengan lebih niscaya dikala ia menemukan sebuah obor yang masih menyala tak jauh dari bangunan itu.

Belum jauh dari villa tersebut, Runi akibatnya berhasil menemukan rombongannya yang ternyata juga sedang berusaha mencarinya. Di antara rombongan tersebut juga terlihat beberapa polisi dan warga setempat.

Runi mendekati teman-temannya dan mencoba menjelaskan pembantaian yang ia saksikan. Meski kesal lantaran merasa diabaikan, namun Runi senang lantaran rombongan itu akibatnya terus berjalan menuju villa. Runi pun kembali berjalan sempurna di belakag rombongan.

Untu sesaat Runi merasa duka lantaran teman-temannya tampak begitu hirau dan tidak seorang pun menyampaikan pelukan atau semangat padanya. Mereka bahkan terlihat biasa saja dikala menemukannya. Tak seorang pun bertanya apa yang telah terjadi padanya.

Setibanya di villa, Runi pun akibatnya tersadar mengapa ia diabaikan. Tak seorang pun berniat mengabaikan Runi lantaran kenyataannya mereka sama sekali tidak melihatnya. Runi yang berniat memperlihatkan mayit Pinus kepada rombongannya justru mendapati mayatnya sendiri. Ia tergeletak sempurna di posisi dimana Pinus dibunuh. Namun tidak ada mayit lain di sana. Hanya dia!
Sumber http://hamilhamil1.blogspot.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Soal Dan Pembahasan Pesawat Sederhana

Contoh Soal Dan Pembahasan Perihal Bundar

Contoh Soal Dan Pembahasan Listrik Statis Aturan Coulomb