Cerpen Misteri Kuntilanak Penunggu Pohon Beringin

.com - Cerpen Horor. Malam itu ialah malam jumat kliwon ketika saya dan lima sahabat mengajiku memutuskan untuk berkumpul di halaman belakang masjid selepas mengaji. Tidak biasanya tanpa kami sadari kami berkumpul di halaman paling sudut dimana terdapat pohon beringin besar yang dari penampakannya saja sudah sangat seram. Sebenarnya saya tidak punya pengalaman pribadi terkait mitos yang beredar di tengah masyarakat mengenai keangkeran pohon beringin. Tapi mendengar dongeng horor beberapa orang bau tanah mengenai hantu penunggu pohon beringin seringkali membuatku takut. Cerita-cerita itu pada alhasil membentuk pemahaman tersendiri dalam fikiranku bahwa semua pohon beringin niscaya ada hantu penunggunya. Sejak itu saya memutuskan untuk tidak bermain-main di akrab pohon beringin. Tapi sialnya, malam itu tanpa sadar kami terus mengobrol dan lama-kelamaan semakin merapat ke pohon beringin yang terletak tidak jauh dari masjid. Malam itu pun menjadi saksi bisu akan pengalaman mistis pertamaku menyaksikan gangguan setan penunggu pohon beringin.

Namaku Nanda, anak pertama dari dua bersaudara. Sewaktu kecil saya merupakan anak yang mempunyai kelebihan dalam hal melihat makhluk halus. Dulu, dikala masih kecil dan belum begitu paham ihwal hantu saya sering berkomunikasi dengan makhluk tak kasat mata yang sering muncul di rumahku.

Saat pertama kali melihat mereka, saya bahkan sering mengajak mereka berbicara dan sesekali saya bermain dengan mereka. Sosok mereka sangat bermacam-macam mulai dari anak kecil seumuranku hingga sosok kakek bau tanah yang selalu tersenyum tiap kali muncul di rumahku.

Karena mereka berpenampilan menyerupai insan pada umumnya, saya tidak merasa takut sama sekali dan tidak sadar sama sekali bahwa mereka bukan manusia. Hal itu terus berlangsung hingga saya menginjak usia lima tahun.

Suatu hari, saya hanya berdua dengan Ibuku di rumah. Hari sudah semakin gelap tapi Ayah belum pulan juga. Ibu segera menutup seluruh jendela rumah sementara saya asik mengobrol dengan seorang kakek yang sudah semenjak sore nongol di teras rumah.

Ibuku yang sadar akan suaraku segera menghampiriku ke teras dan bertanya dengan siapa saya mengobrol. Dengan santai saya menunjuk ke arah kakek tersebut dan menyampaikan ke Ibu bahwa saya sedang mengobrol dengan kakek.

Ibu terdiam melihat ke sudut teras yang saya tunjuk dan tatapannya berkembang menjadi aneh. Hal serupa juga saya rasakan lantaran tiba-tiba saja sosok kakek yang sedari tadi kuajak bicara sudah tidak ada di sana. Sontak saja Ibu pribadi menarik tanganku menuntunku masuk ke rumah dan segera menutup pintu.

Ibu tidak membahas ihwal sosok kakek yang kubicarakan tapi dikala Ayah pulang, tanpa sepengetahuanku Ibu menceritakan hal itu kepada Ayah. Keesokannya, Ayah mengingatkanku untuk tidak bermain dengan kakek itu lagi atau siapapun yang tiba ke rumah tanpa sepengetahuan Ibu.

Aku yang dikala itu galau pribadi mengiyakan perintah Ayah dan tidak menanyakan alasannya. Tapi kemudian Ayah bilang bahwa kakek yang saya lihat tidak sanggup dilihat oleh orang lain dan ia bukan manusia. Sontak saja klarifikasi Ayah menciptakan bulu kudukku merinding.

Meski begitu, saya tidak begitu saja percaya dengan ucapan Ayahku. Aku yang yakin benar bahwa kakek itu ialah insan alhasil membantah ucapan Ayah dan menceritakan mengenai beberapa anak kecil yang sering tiba bersama kakek itu.

Mendengar ceritaku itu, wajah Ibu terlihat suram. Ibu memang termasuk orang yang penakut terhadap hal-hal menyerupai itu. Berbeda dengan Ayah yang tetap hening sembari menjelaskan padaku bahwa mereka juga bukan manusia.

Sadar bahwa saya tidak puas dengan penjelasannya, Ayah lantas memegang pundakku dan memintaku untuk memanggil Ayah kalau kakek dan bawah umur itu tiba biar Ayah sanggup berkenalan dengan mereka. Aku lantas tersenyum dan bertekad menerangkan kepada Ayah bahwa mereka itu manusia.

Sepanjang hari itu saya terus berusaha mencari dan menunggu kehadiran kakek atau teman-temanku, tapi semenjak siang hingga hampir malam, tidak satupun dari mereka yang nongol. Sebelum magrib Ibu segera menarikku masuk ke rumah dan menelepon Ayah biar cepat pulang.

Saat Ibu pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam, Ibu membiarkanku duduk di ruang keluarga sembari menonton televisi. Sebelum pergi, Ibu sudah menawariku untuk ikut tapi saya memutuskan untuk menonton.

Sebenarnya saya cukup kesal lantaran tidak satupun dari kakek atau bawah umur itu yang datang. Jadi, daripada semakin kesal saya memutuskan untuk menonton saja. Tapi tidak usang sehabis Ibu pergi ke dapur, saya mendengar bunyi pintu diketuk.

Aku segera memanggil Ibu dan memberitahunya bahwa Ayah sudah pulang. Tapi lantaran sedang sibuk di daur, Ibu memintaku untuk membuka pintu. Kebetulan intu hanya dikunci bab bawah sehingga saya masih sanggup menjangkaunya.

Dengan tidak bersemangat saya membuka pintu dan mendapati kakek yang biasa mengobrol denganku menghadap ke depan membelakangi pintu. Hal itu membuatku menjadi bersemangat dan dengan segera saya memanggil kakek itu dan memintanya untuk masuk.

Aku menunggu kakek tersebut hingga ia membalikkan tubuhnya dan begitu saya melihat wajahnya, sontak saja saya berteriak histeris memanggil Ibu. Karena teriakan itu, Ibu segera memeriksaku ke depan rumah dan pribadi memelukku untuk menenangkanku.

Baru saja Ibu menuntunku untuk masuk, Ayah terlihat berlari menghampiri kami. Tanpa banyak bertanya Ayah meminta Ibu untuk mengambilkan air hangat dan memberikannya padaku. Seolah tahu apa yang terjadi Ayah hanya berusaha menenangkanku dan menciptakan saya nyaman.

Setelah situasi membaik, barulah Ayah menanyakan mengapa saya menangis. Aku pun menjelaskan kepada Ayah apa yang kulihat dan bahwa Ayah benar mengenai kakek itu. Hal itu menciptakan Ibu panik dan wajahnya terlihat sangat cemas.

Sejak kejadian itu, Ayah memutuskan untuk menutup penglihatanku tersebut dan semenjak itu juga saya tidak pernah melihat makhluk halus lagi. Ayah juga memutuskan untuk pindah ke luar kota lantaran pekerjaan Ayah sedang tidak bagus.

Tujuh tahun kemudian, di sinilah saya berada. Di sebuah desa kecil yang merupakan tanah kelahiran Ayah. Kami pindah ke sebuah rumah tidak jauh dari rumah orangtua Ayah. Setiap sore saya bersama teman-teman seusiaku sembayang ke masjid dan mengaji bahu-membahu setelahnya.

Pernah suatu hari, saya duduk di depan rumah bersama nenek sambil mengobrol. Entah kenapa tiba-tiba nenek bercerita mengenai pohon beringin angker yang berada di belakang masjid. Nenek juga bercerita mengenai asal-usul mengapa pohon itu menjadi angker.

Menurut dongeng nenek, jauh sebelum nenek lahir desa daerah kami tinggal masih sangat sepi dan seram. Rumahnya masih jarang-jarang dan belum ada penerangan listrik. Begitu malam tiba, desa akan sangat sepi menyerupai kuburan.

Suatu hari, seorang gadis terpaksa harus keluar malam untuk memanggil Ayahnya yang sedang berkumpul di rumah sahabat lantaran tiba-tiba saja sang Ibu sakit. Gadis itu hanya berbekal obor dan berjalan terbata-bata lantaran ketakutan.

Karena panik gadis itu berusaha untuk berjalan lebih cepat melewati jalan setapak yang gelap. Tapi sudah berjalan cukup lama, gadis itu belum juga tiba di tujuan. Sang Ibu yang khawatir lantaran gadis itu tidak kunjung kembali segera meminta dukungan kepada tetangga terdekat.

Sang Ibu semakin panik lantaran sang suami pulang tanpa anak gadisnya. Sambil menahan sakit sang Ibu memaksa untuk ikut mencari anak gadisnya. Malam itu bersama beberapa tetangga mereka terus mencari sang anak namun tidak juga ketemu.

Beberapa orang mengaku melihat obor yang bergerak di balik pepohonan tapi dikala didekati obor itu segera menghilang. Sang Ibu juga sempat mendengar bunyi gadis itu memanggil mereka tapi dikala didekati suaranya semakin jauh dan menghilang.

Keesokan harinya, gadis itu ditemukan tergelatak di bawah pohon beringin dengan wajah pucat. Tatapannya kosong dan tidak mau berbicara. Sesekali ia menunjuk pohon beringin dan menyampaikan sesuatu yang tidak jelas.

"Pohon beringinnya yang di belakang masjid itu ya Nek?", potongku penasaran.

Nenek mengangguk sambil tersenyum dan segera melanjutkan ceritanya. Nenek menyampaikan bahwa gadis itu sempat sakit keras beberapa ahad sebelum alhasil meninggal. Sebelum meninggal, gadis itu sempat hilang lagi dan ditemukan sudah tidak bernyawa keesokan harinya di bawah pohon beringin.

Cerita itu sontak menciptakan bulu kudukku merinding. Aku pun merapatkan posisi dudukku ke akrab nenek sembari memegang tanganya.

"Terus apa yang buat ia jadi sakit nek? terus apa hubunganya sama pohon itu?", tanyaku kemudian.

Nenek menghela nafas untuk beberapa dikala dan kembali bercerita. "Kata orang bau tanah dulu, ada makhluk mistik yang murka sama gadis itu lantaran gadis itu menginjak dan menyakiti temannya. Kemungkinan, gadis itu gak sengaja mengenai makhluk mistik dikala berjalan terburu-buru."

"Makhluk itu penunggu beringin?", tanyaku.

"Bukan. Katanya sih makhluk mistik itu ya penunggu hutan sekita situ. Mereka punya kampung di sana dan gadis itu gak sengaja melewatinya."

"Lah terus pohon beringin itu apa hubungannya?" sanggahku.

"Pohon beringin itu lah pintu untuk masuk ke perkampungan mistik itu. Nah semenjak gadis itu meninggal, warga sering melihat obor yang bergerak di sekitar pohon beringin itu dan mulailah ada istilah hantu obor kala itu. Katanya sih, gadid itu jadi penunggu pohon beringin semenjak kematiannya."

"Oya nek, tapi emang pohonnya gak mati-mati ya? Kan nenek aja umurnya udah tua."

Nenek tersenyum dan kembali bercerita. Menurut dongeng nenek, pohon beringin di belakang masjid itu bukan satu-satunya pohon beringin di sana. Sebelumnya di sana ada beberapa pohon beringin dan dikala nenek masih kecil tidak ada yang berani ke area pohon itu.

Nenek juga menjelaskan bahwa beberapa pohon beringin ditebang oleh pendatang untuk pembukaan lahan. Dulu sempat tidak ada lagi pohon beringin di sana namun tidak usang sehabis mandor proyek itu tewas, beberapa batang pohon beringin kembali muncul dan salah satunya tumbuh subur hingga sekarang.

"Itu makanya, kita gak boleh sembarangan kalau lewat di daerah yang sakral menyerupai itu. Karena mereka akan murka kalau terusik."

"Tapi kini udah gak angker kan Nek? Kan udah ada masjid".

"Selama ini aman-aman aja sih. Nenek juga gak penah ketemu yang aneh-aneh. Tapi buat jaga-jaga ya jangan main-main ke akrab pohon itu. Dan jangan ngomong sembarangan kalau di situ", pesan nenek.

Sejak dongeng nenek mengenai pohon beringin itu saya malah jadi ingin tau sama itu pohon. Biasanya acuh, kini saya malah sering banget memperhatikan pohon itu dari kejauhan. Meski begitu saya selalu ingat pesen nenek untuk tidak bermain di akrab pohon itu.

Nah, malam itu selepas mengaji entah bagaimana kami bermain di halaman belakang masjid dan menyerupai tidak sadar kami semakin akrab dengan pohon itu. Karena gelap, pohon itu memang tidak begitu kelihatan tapi kalau diamati dengan seksama maka akan terlihat pohon beringin yang besar dan rimbun.

"Eh kita jangan main akrab sini ah, di situ kan ada beringin, kita ke dapan aja yuk", ajakku.

"Emangnya kenapa kalu ada beringin? Kan masih jauh pohonnya Nda!", sanggah salah satu temanku.

Sanggahannya itu pun menerima dukungan dari sahabat yang lain. Karena hanya sendirian, saya alhasil menyerah dan tetap bermain bersama mereka. Aku sengaja menghadap ke masjid membelakangi pohon itu biar tidak terus memperhatikannya. Awalnya tidak ada apa-apa. Kami asik mengobrol dan sesekali tertawa lantaran dongeng lucu salah satu teman.

Di tengah-tengah perbincangan tersebut, tiba-tiba saja Rizki, salah satu sahabat yang bangun menghadap ke pohon beringin mendadak menunjuk ke arah pohon dengan tatapan yang serius. Sontak saya dan sahabat lainnya mencoba mengecek apa yang dilihatnya.

Saat saya memutar tubuh dan melihat ke arah pohon itu, tidak ada hal absurd yang terlihat. Hanya sebuah pohon rimbun yang memang terlihat seram. Teman yang lain juga tidak melihat apa-apa sehingga mereka segera mengajukan pertanyaan.

Rizki menyampaikan bahwa ia melihat obor bergerak dari balik pepohonan itu dan menghilang di pohon beringin. Beberapa sahabat lantas tertawa dan menganggap ucapan Rizki hanya lawakan untuk menakut-nakuti. Beberapa sahabat juga menyampaikan bahwa itu hanya senter orang yang mau pergi mancing.

Situasi pun kembali kondusif terkendali alasannya ialah tidak satu pun orang yang ambil pusing dengan hal itu termasuk Rizki. Tapi, saya yang ingat betul dongeng nenek merasa ada yang tidak beres di sana. Untuk sesaat saya merasa hening lantaran saya merasa tidak akan melihat makhluk absurd alasannya ialah penglihatan itu sudah ditutup dikala saya kecil.

Tapi rasa ingin tau yang besar dalam diriku alhasil membuatku nekad untuk mengecek pohon itu sekali lagi. Dengan gerakan ragu saya memutar tubuh dan megarahkan pandanganku sempurna ke arah pohon itu. Untuk sejenak saya merasa tenag lantaran tidak melihat obor yang diceritakan Rizki tadi.

Namun dikala pandanganku menangkap objek absurd yang berada di tengah pohon, jantungku mulai berdegup kencang dan kecemasan mulai merasukiku. Mataku terus terpaku pada objek absurd yang bahwasanya tidak asing itu.

 Malam itu ialah malam jumat kliwon ketika saya dan lima sahabat mengajiku memutuskan untu Cerpen Misteri Kuntilanak Penunggu Pohon Beringin

Di antara rasa takut yang mulai muncul, Aku terus mencoba mengamati objek itu hingga alhasil bentuknya semkain terang terlihat. Saat saya yakin betul bahwa itu ialah sesosok perempuan mengenakan pakaian putih, saya segera berteriak histeris dan berlari ke arah masjid.

Teriakanku menciptakan teman-teman terkejut dan histeris. Mereka ikut berlari di belakangku meski tidak tahu niscaya apa yang membuatku berlari ketakutan. Beberapa orangtua yang berada di dalam masjid segera keluar untuk melihat apa yang terjadi.

Aku berhasil mencapai pintu masjid bab belakang tapi alhasil terjatuh lemas di tangga. Beberapa orangtua segera membopongku ke dalam masjid dan mencoba memberi pertolongan. Beberapa sahabat segera mengerumuniku yang terlihat pucat.

Setelah tenang, beberapa orangtua pribadi menanyaiku. Aku yang masih merasa takut menentukan untuk membisu dan tidak menyampaikan apa-apa. Aku hanya meminta diantar pulang dan salah seorang tetangga dekatku segera mengantarku pulang.
Sumber http://hamilhamil1.blogspot.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Soal Dan Pembahasan Pesawat Sederhana

Contoh Soal Dan Pembahasan Perihal Bundar

Contoh Soal Dan Pembahasan Listrik Statis Aturan Coulomb